“Sesaji terbang
ketengah-tengah sawah dengan sendirinya tanpa tumpah maupun rusak sedikitpun, Angin
besarpun datang sehingga merobohkan panggung pementasan”.
Kejadian ini yang akan selalu lekat dalam ingatan lelaki berbadan kekar,
bertato dan memakai gelang rantai itu. Hal yang sangat aneh dan tidak masuk
akal itu benar-benar terjadi ketika berlangsungnya lakon yang dianggap mistik
itu dipentaskan di Karang Wotan.
Pada
saat berlangsungnya ketoprak mengangkat tema yang memang dianggap mistik,
sedangkan yang menanggap ketoprak sang suami istri juga mempunyai dua agama
yang berbeda. Konon apabila mengadakan pertunjukan dan orang itu asli jawa
hendaklah ada sesajen, sedangkan pada saat itu penanggap tidak menaruh sesajen
karena mempunyai kepercayaan lain. Terjadilah hujan angin besar sehingga
merobohkan panggung yang mula-mula berdiri gagah megah, sesaji yang dibuat oleh
anggota ketoprak terbang ketengah-tengah sawah tanpa rusak sedikitpun. Memang
aneh tapi itu benar-benar nyata.
Usut
punya usut menurut kepercayaan
masyarakat jawa setiap mengadakan acara hiburan ketoprak dan mengangkat
tema yang dianggap mistik sebagai contoh lakon Ariya penangsang, lakon
Brotosuro, serta lakon-lakon yang berbau mistik lainnya hendaknya disiapkan
yang namanya sesaji, tujuannya supaya selamat dan pementasan berjalan dengan
lancar tanpa gangguan dari makhluk lain yang tidak terlihat atau sosok penunggu
tempat berlangsungnya pertunjukan, tutur laki-laki berbadan kekar tadi.
Tetapi semua itu tidak lantas membuat setiap
orang harus ataupun diwajibkan menyiapakannya karena setiap orang mempunyai
kepercayaan masing-masing. Berbagai pengalaman dan kejadian dari hal yang aneh
dan hal yang tidak masuk akal telah beliau lewati dan rasakan selama menjadi
pengeprak diberbagai ketoprak. Lelaki yang bernama Pak Hadi tersebut telah
mencicipi pahit dan manisnya pengalaman didunia ketoprak, khususunya dalam
menjalankan profesinya sebagai pengeprak.
Awal
mulanya dari zamannya beliau ikut ketoprak Siswa Budaya, Marga Budaya, Sri
Kencana, Anom Budaya Kediri hingga yang terakhir dan geluti sampai sekarang di
Wahyu Manggolo. Beliau mengikuti Wahyu Manggolo dari dulu sampai sekarang sudah
16 tahun dari tahun 90-an. Wahyu Manggolo sendiri berdiri pada tahun 1986.
Dari
pengalaman lelaki yang berasal dari Jakenan tersebut sudah tentu tidak perlu
diragukan lagi keahliannya menjadi seorang pengeprak. Ketika ditanya tentang
keahlian yang dimilikinya tersebut didapat darimana, dengan tegas beliau
menjawab dari bakat dirinya sendiri. Bakat yang terpendam itu muncul dan dapat
berkembang dengan bantuan sosok yang bernama Pak Lasmin seorang pengendang yang
juga ikut berperan dalam dunia ketoprak.
Melihat
pemuda yang berbakat tesebut Pak Kamin tergugah hatinya untuk membantu pemuda
yang bernama Pak Hadi tadi. Beliau selalu mengajak Pak Hadi untuk mengikuti dan menonton
ketoprak bersamanya. Dari hal ini Pak Hdi mulai belajar menjadai pengeprak dan bisa
mengembangkan potensinya didunia ketoprak khususnya menjadi pengeprak.
Peran
Pak Hadi sebagai pengeprak Wahyu Manggolo. Memang diakuinya tidak mudah menjadi
seorang pengeprak karena seorang pengeprak harus mampu mengatur kapan keluar
masuknya pemain ketoprak dan mengatur segala yang berakaitan dengan tata
panggung dan pakeliran yang dipakai. Kendala dan kesulitan yang paling dirasa
berat yaitu ketika ada lakon baru yang mebutuhkan kekompakan antara pengeprak
dan niyaga. Keduanya harus bisa bekerjasama dan sepersetujuan agar pertunjukan
bisa berjalan.
Pengeprak
berperan penting dalam mengatur jalannya pementasan karena pengeprak menjadi
kunci utama berlangsungnya pagelaran ketoprak. Ungkapnya kalau diibaratkan
televisi pengeprak itu ibarat remotnya dimana menjadi kunci acara, sedang
menurutnya kalau didunia pewayangan seorang pengeprak itu didibaratkan sebagai
dalangnya, seorang pengatur yang mengatur lakon dan mengarahkan para pemainnya.
Kami
juga sempat menyinggung tentang lakon yang dibawakan dalam pementasan. Dari
keterangan beliau setiap lakon yang dipentaskan itu didasarkan kepada
permintaan penanggap, jadi setiap menggelar pagelaran ketoprak selau dilakukan
dengan seketika dalam arti tanpa persiapan terlebih dahulu. Dari hal ini
berarti setiap pemain dan semua anggota ketoprak harus pintar-pintar
menempatkan dirinya sebagaimana posisinya sebagai anggota ketoprak supaya
pementasan bisa berjalan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Selain itu kami juga sempat bertanya
tentang anggota ketoprak lakukan apabila pada saat waktu pementasan terjadi
hujan lebat, Beliau menjawab”itu tidak menjadi
masalah, selama pertunjukan masih bisa dilaksanakan”. Jawaban itu membuat
kami takjub betapa hebatnya mereka, selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan
pekerjaan mereka sebagai pemain ketoprak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar